Hari ini, 05/12/2012 melingkar lagi
seperti pekan-pekan sebelumnya, aq hadir
dalam majelis ilmu bersama yang lain. Ada yang izin, satu teman yang baru
menikah, sedang sakit gigi katanya. Tapi sebetulnya setelah kurang lebih 1
bulanan ia menikah, ia baru hadir 1 kali sepertinya
Majelis ini, semoga selalu diberkahi
karena di dalamnya semua yang hadir tidak lain menginginkan satu
hal, ingin menjadi muslim yang lebih baik, semakin baik, dan terus menjadi baik
dari keadaan sebelumnya
Di majelis ilmu inilah, disambung
keteladan sejarah. Majelis yang seperti dicontohkan para sahabat,
layaknya para ghuraba masa kini ^_^'
Di majelis ini juga kita belajar dari
saudara kita
Bukankah Rasulullah pernah bersabda "bahwa
mukmin itu cermin bagi mukmin lainnya". Di majelis yang seperti
inilah kita saling bercermin diri, tentang bagaimana tilawah kita, hafalan
kita, shalat malam, puasa sunnah kita. Tak jarang, hati menjadi tersadarkan
atas kelalaian, semangatpun tergugah mendengar yang lain menyalip semua amalan
kita, malu rasanya mendapati diri menjadi seorang yang sangat tak pandai
mengatur waktu :'(
Pernah aq begitu tertegun mendapati dia
yang ternyata begitu menjaga shoum daudnya, mendapati dia yang lain begitu
menjaga tilawahnya, melihat dia yang lain lagi sangat sibuk dengan aktivitas
dakwahnya. Bagaimana dengan kamu? Amalanmu jauh...dan ternyata apa yang kau
minta pada Allah sama dengan mereka???
Dan karena itulah, aq selalu mencoba
merajinkan diri untuk hadir di majelis kami ini, karena aq mendapati dia, dia,
dan dia yang lain bisa aku jadikan pemicu semangatku untuk bisa menjadi
muslimah yang baik di mata Allah. Selain, pemberi semangatku, mereka semua juga
kujadikan cermin, jika ada yang salah dengan tampak di sana, jangan2 yang
bercerminlah yang perlu diperbaiki. Mukmin yang satu adalah cermin bagi
sesamanya. Saat kita lihat ada yang tak beres pada banyangan di kaca, mungkin
diri kitalah yang harus dibenahi pertama-tama. Ketika bertugaspun, kadang
aq sengajakan menyampaikan apa yang memang aq sendiri perlu mendengar dari
lisanku ini, aq perlu menasihati diri sendiri, yang itu juga didengarkan juga
teman yang lain. Sehingga, setiap lisan mengucap, telinga sendirilah
yang paling dekat. Nasihat kita:untuk kita
Majelis inipun menjadi majelis berbagi
^^, ada yang sedang mendapat suatu masalah, sehingga berbagi dengan yang lain
agar terasa ringan, ada juga yang berbagi rezeki dengan membawa makanan, entah
itu tempe, atau pisang goreng, rujak, martabak atau makanan lain :D
Ada juga yang sampai membawakan mangga
karena panen mangga di rumahnya (padahal berat loh :p)
Aq pernah berbagi apa ya ??? <:
Ternyata akan ada yang berbeda hari ini
Waktu menunjukkan lewat dari pukul 17.00
WIB, pertemuanpun akan ditutup, dan kali ini pertemuan diakhiri dengan air mata
Semua terjadi ketika membahas bagaimana
untuk pekan depan,,karena ada yang merasa kurang nyaman ketika acara berakhir
hingga larut sore sedangkan rumahnya jauh. Padahal tidk sedikit yang baru hadir
hingga jam 16.00WIB lewat, karena harus mengisi di kampus atau sekolah
Dan kitapun merasa bahwa komitmen dalam
pertemuan ini terasa kurang, aq sendiri biasanya hari Rabu harus les dan baru
berakhir jam 16.00. segera aq berangkat karena tak ingin lebih lama terlambat.
Biasanya aq shalat ashar di tempat, yang penting hadirku tdk telat2 amat
pikirku
Selain masalah komitmen, juga kedekatan
hati setelah lama dalam lingkaran kecil ini pun hampir tak terasa
Salah seorang Al Ukh sambil menangis
mencurahkan semua perasaannya
Perasaan kurang dibersamai oleh yang
lain, pernah suatu ketika karena 4 orang dari kami bekerja pada instansi yang
sama dan pulang kerja lebih awal, minta agar waktu pertemuanpun diajukan
sehingga bisa selesai lebih awal, dan dan ukhti inipun tahu setelah mendapat
pesan singkat dari murabbi, "mbak kita sudah selesai, karena tadi
mulainya lebih awal". Mungkin hal itulah yang jadi salah satu pemicu
perasaan tidak dibersamai. Bukan salah Murabbi, karena beliau tidak tahu, bahwa
ukhti ini lupa belum diberitahu teman-temannya. Dan lupa sebetulnya bukanlah
suatu kesalahan. Sebetulnya aq sendiri tidak setuju ketika jam pertemuan
diajukan, entahlah kenapa jadi diajukan. Kenapa tidak setuju, karena
aq baru bisa keluar kelas jam 4, sampai tempat jam 4 lewat, dan itupun harus
shalat dulu, dan hari itupun selesai shalat aq tidak mendapati mereka, karena
ternyata acara sudah selesai. Aq hanya bersalaman, dan kemudian izin shalat,
setelah selesai shalat dan kembali ke tempat, mereka sudah pulang ke rumah
masing-masing.
Sebetulnya apa yang ia curahkan hari ini
dengan menangis adalah apa yang ingin aku katakan. Tapi aku hanya menyimpannya,
dan ikut menangis mendengar apa yang ia sampaiakan di forum.
Ketika kita mengkritik mereka yang di
atas kita, penting kiranya kita lebih melihat ke dalam, bagaimana keluarga
kecil kita. Sesungguhnya jauh lebih banyak yang untuk dibenahi. Karena untuk
merubah yang besar mulailah dari yang kecil, untuk perubahan yang luas,
mulailah dari diri sendiri
Mekanisme syuro' sepertinya memang harus
dibenahi kembali
Ketika bisa pulang gasik dengan memulai
lebih gasik, tapi teman yang lain tidak bisa jika diajukan, apakah harus ada
yang dikorbankan?
Mana yang lebihdekat dengan ridho NYA,
apakah dengan melihat teman yang lain menangis karena merasa disisishkan
Syuro dengan mufakat itu berbeda kawan
Kita harus lihat dengan baik, keputusan
apa yang diambil yang bisa untuk kebaikan kita bersama
Perbedaan pendapat itu biasa, bisa
menerima pendapat yang berbeda baru luar biasa
Ini renungan pribadi, tanpa berniat
menyindir siapapun
"Ya Allah, lembutkanlah hati ini
agar bisa terus menerima hidayah dari MU "
Komentar
Posting Komentar