Langsung ke konten utama

RENCANA ALLAH SELALU LEBIH BAIK


Saat itu Halimah ditemani oleh suaminya yaitu Harits bin Abdul Uzza untuk mencari anak susuan. Dengan harapan nantinya ia akan mendapatkan upah dari orang tua anak yang disusui.


Kendaraannya adalah seekor keledai yang sudah tua dan kakinya terluka, hingga lambat untuk berjalan. Disamping itu ia juga membawa unta yang kurus dan juga tua, serta beberapa kambing yang kurus dan tidak menghasilkan susu. Karena memang saat itu sedang terjadi kemarau panjang.


Sesampainya di Makkah, mereka berpencar dan mencari bayi untuk disusui. Tidaklah semua orang melewati Muhammad (yang saat itu baru berusia satu pekan) kecuali mereka hanya sekedar melewati. Karena tahu bahwa Muhammad kecil adalah anak yatim, tidak punya ayah, lalu siapa yang akan membayar mereka. Begitulah yang terpikir oleh mereka.


Termasuk juga Halimah yang ketika itu sudah ditawari untuk menyusui Muhammad namun ia juga menolak dan melewatinya.


Waktu mulai beranjak gelap dan semua rombangan Bani Sa'ad sudah mendapatkan seorang bayi untuk disusui kecuali Halimah. 


"Demi Allah, kala itu aku mengambil Muhammad hanya karena aku tidak menemukan bayi lain kecuali Muhammad. Aku pun berkata kepada suamiku, 'Aku akan mengambil bayi yatim dari Bani Abdul Mutalib ini, semoga melalui dia, Allah melimpahkan kebaikan kepada kita. Aku tidak mau pulang bersama teman-temanku tanpa membawa bayi untuk disusui", begitulah penuturan dari Halimah.


Selanjutnya, kita semua tahu bagaimana kisahnya. ASI yang tadinya tidak cukup buat anaknya - karena saat itu Halimah juga punya bayi yang ia bawa - tiba-tiba terasa penuh dan memancarkan ASI hingga ia menyusui Muhammad dan anak kandungnya sampai kenyang. Padahal, dalam perjalanan pun anak yang ia bawa selalu menangis karena ASI yang tak kunjung keluar. 


Disaat sang suami mendekati unta yang membawa barang-barangnya, terlihat susu unta itupun penuh dan Harits langsung memerah air susunya. Hingga ia pun minum darinya dan Halimah pun ikut minum darinya, hingga kenyanglah mereka. Padahal unta itu sudah tua dan tidak menghasilkan apa-apa.


Dan setelah itu keberkahan datang bertubi-tubi kepada Halimah dan keluarganya. 


Dari kisahnya kita dapat mengambil pelajaran, diantaranya adalah jangan pernah iri dengan rejeki yang Allah berikan kepada orang lain. Karena boleh jadi, Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik bagi kita. Seperti Halimah yang awalnya merasa bahwa teman-temannya adalah orang-orang yang beruntung karena bisa mendapatkan bayi untuk disusui. Namun pada akhirnya, teman-temannya lah yang merasa iri kepadanya. Karena ia mendapatkan seorang bayi yang diberkahi.


Pelajaran kedua bahwa, jangan pernah meremehkan rejeki atau nikmat sekecil apapun. Karena bisa jadi rejeki atau nikmat yang kecil itu yang akan mengantarkan kita pada nikmat dan rejeki yang jauh lebih besar. Bukankah ini seperti kisahnya Halimah yang tetap menerima Muhammad untuk disusui yang dalam anggapan semua temannya saat itu bahwa bayi yatim tidak bisa diharapkan upahnya. Namun, sekiranya mereka tahu bahwa bayi yatim itu adalah seorang nabi, maka mereka pasti akan saling berebut untuk mengasuhnya.


Pelajaran ketiga adalah, hendaknya kita tetap bergerak dan berusaha bagaimanapun keadaannya. Seperti Halimah yang sudah berusaha sepanjang hari hingga matahari mulai gelap, dan ia tidak menemukan sesuatu pun yang bisa ia harapkan. Namun ia tetap berusaha dengan berjalan dan mencari bayi untuk disusui, hingga akhirnya Allah mengantarkan kembali Halimah kerumahnya Fatimah Ibunda Nabi. Hingga Allah meninggikan nama Halimah sepanjang sejarah. 


Tuliskan disini hanya untuk memberikan gambaran bahwa rencana Allah SWT selalu lebih baik dari apa yang kita bayangkan. 


Wallahu a'lam bish-shawab.


Sumber : Kajian Pola Pertolongan Allah


Surat Ar-Rahman [55] ayat 13


فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ 

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 PRINSIP MEMBANGUN KELUARGA QUR'AN DARI SOSOK YANG ISTIMEWA Tak bisa tertahan lagi air mata di sudut mata ini, membaca status ustadz kami. Tentang wafatnya ayahanda beliau, ustadz kami, Ustadz Mutammimul Ula. Beliau telah menuntaskan tugasnya untuk untuk mengepalai salah satu keluarga Qur'an, keluarga dakwah, terbaik yg pernah saya temui. "Sayangi beliau yaa Rabb.. Berikanlah tempat tertinggi untuk beliau di sisi-Mu.." Saya jadi ingat video istri beliau Ustadzah Wirianingsih disini https://youtu.be/qbNBQNpRar4 , yg menceritakan apa-apa saja prinsip dasar keluarga dahsyat tersebut dapat dibangun, antara lain: Menyandarkan Diri kepada Allah Kerjasama dgn Pasangan Buat Peta Kurikulum dan Target Pendidikan Anak, lalu Evaluasi Berdoa agar Istiqomah Izin saya tuliskan disini dgn beberapa elaborasi yg saya maknai dari penjelasan beliau. Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi tambahan amal jariyah bagi almarhum Ustadz Tammim dan keluarga. --- PRINSIP 1 ...

Sosial media ya untuk bersosialisasi .....dong

Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Lama sekali nggak ngisi blog nih, mau nulis unek2 aja nih.  Hari Sabtu lalu saya pergi ke dokter gigi, klinik milik teman SMA saya namanya F, tapi saya minta ke teman saya yang lain D untuk menangani gigi saya di kliniknya F, D memang praktek di sana juga  Setelah selesai, mengobrolah saya dengan F, rumah tinggal F di lantai 2 lantai 1 digunakan sebagai klinik dental dan skin care  F ,, yang sebelumnya pernah mengajak saya untuk mengaji salafi, by phone kita ngobrol, ternyata memang sudah sering mengikuti kajian salafi dan makanya dia mengajak saya  Beberapa hal memang tidak pas dengan 'hati' saya,. , , gmn ya... Kalau kita merasa nyaman dan klik kita pasti akan mengikuti begitu saja ....hati ini berkata "Iya ini... gitu" Tapi untuk salafi contohnya, kata F .. sebenarnya Kalau kajian juga tidak boleh itu video video gambar orang, Kalau kajian juga harus hanya suara..gt katanya...yang sesuai syariat... Karena gambar ya...
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ  Doa yang biasa saya baca ketika akan Qiyamul lail Allahumma Rabba Jibriila wa Mikaaiila wa Israafiila Faathiros-samawaati wal ardhi ‘aalimal-ghaibi wasy-syahaadati anta tahkumu baina ‘ibaadika fiima kaanuu fiihi yakhtalifuuna ihdinii limakhtulifa fiihi minal-haqqi bi-idznika innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shiraatim-mustaqiim   “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi.   Wahai Rabb yang mengetahui hal-hal yang ghaib dan nyata. Engkau yang menghukumi (memutuskan) di antara hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu, pada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau menunjukkan jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki.”)     (HR Muslim  1289) karena sebagai manusia saya merasa bodoh bodoh di hadapan ilmunya yang sangat kaya, yang tak habis jika 7 lautan sesudah ke...