4 PRINSIP MEMBANGUN KELUARGA QUR'AN DARI SOSOK YANG ISTIMEWA
Tak bisa tertahan lagi air mata di sudut mata ini, membaca status ustadz kami. Tentang wafatnya ayahanda beliau, ustadz kami, Ustadz Mutammimul Ula.
Beliau telah menuntaskan tugasnya untuk untuk mengepalai salah satu keluarga Qur'an, keluarga dakwah, terbaik yg pernah saya temui.
"Sayangi beliau yaa Rabb..
Berikanlah tempat tertinggi untuk beliau di sisi-Mu.."
Saya jadi ingat video istri beliau Ustadzah Wirianingsih disini
https://youtu.be/qbNBQNpRar4 , yg menceritakan apa-apa saja prinsip dasar keluarga dahsyat tersebut dapat dibangun, antara lain:
Menyandarkan Diri kepada Allah
Kerjasama dgn Pasangan
Buat Peta Kurikulum dan Target Pendidikan Anak, lalu Evaluasi
Berdoa agar Istiqomah
Izin saya tuliskan disini dgn beberapa elaborasi yg saya maknai dari penjelasan beliau.
Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi tambahan amal jariyah bagi almarhum Ustadz Tammim dan keluarga.
---
PRINSIP 1 : MENYANDARKAN DIRI KEPADA ALLAH
Kenapa diawali dengan berserah diri kepada Allah? Sederhana, karena anak ini cuma titipan. Yang "suka-suka" Allah nitipin yang seperti apa (ada yg sehat ada yg kurang, ada yang cerdas ada yg kurang, ada yg normal ada yg ABK), nitipinnya kapan (ada yg langsung dapet, ada butuh tiga, lima, sepuluh tahun, ada juga yg masih menunggu), pokoknya semua terserah Allah.
Kalau hari ini kita sulit mendidik anak-anak kita, tidak sabar dengan tingkah mereka, gak tau lagi cara melepas gadget dari tangannya, maka kembalilah kepada Yang Menitipkan mereka.
Ada sebuah pelajaran mahal dari seorang ustadzah di dekat rumah kami, yang dititipkan Allah anak berkebutuhan khusus. Butuh waktu bagi beliau sampai anaknya berumur sekian tahun, baru beliau bisa menerima fakta bahwa anak yang dititipkan seorang ABK, dan akhirnya berserah diri pada Allah..
Kalimatnya indah sekali, beliau menyampaikan,
*"Yaa Allah..kami terima anak kami ini yaa Rabb. *
Yaa Allah yaa Rahman, Engkaulah yang telah menitipkannya pada kami..
*Bimbing kami yaa Rabb, apa yg harus kami lakukan. *
*Ajarkan kami bagaimana kami mendidiknya. *
*Mampukan kami untuk bisa menjaga titipan-Mu ini yaa Allah.." *
Masyaa Allah..serahkan kepada Allah.
Mintalah petunjuk agar dijadikan orangtua yang shalih bagi mereka.
PRINSIP 2 : KERJASAMA DENGAN PASANGAN
Prinsip yang klise, sering kita dengar, namun pada praktiknya (termasuk saya) belum menerapkan ini dengan baik. Kemarin saya dapat info bahwa ternyata banyak keluarga-keluarga muda diluar sana di masa-masa WFH ini, "menyerahkan" sebagian besar waktu anaknya pada Youtube, di tengah ayah dan ibunya bekerja dari rumah. Selepas kerja? Anaknya lanjut dengan gadget-nya, sedang ayah ibunya refreshing, ayahnya main game, ibunya nonton drakor. Subhanallah..
Ini pembahasan yang tidak sederhana, tidak bisa dituliskan dalam sebuah status pendek ini.
Namun, pastikan ada pembagian peran. Pastikan selalu ada diskusi rutin, yang hidup, antara suami dan istri. Tentang apa? Tentang poin ketiga.
PRINSIP 3 : BUAT PETA KURIKULUM DAN TARGET PENDIDIKAN ANAK, LALU EVALUASI
Perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Facebook, tidak mungkin bisa sukses dengan sendirinya, tanpa target-target bisnis yg dibuat.
Pasti ada target, pasti ada evaluasi berkala atas target-target itu. Begitu juga dengan pendidikan anak.
Buatlah target. Jangan semata-mata mengikuti target sekolah, karena yang diminta pertanggungjawabannya oleh Allah adalah kita orang tuanya, bukan sekolahnya.
Targetkan misalnya umur 6 tahun sudah bisa baca Qur'an. Kapan kita kenalkan ilmu-ilmu agama, kapan kita kenalkan ilmu dunia.
Breakdown tahapannya per usia anak. Breakdown lagi capaian per kuartal, per bulan, sampai kita punya rundown perhari pendidikan anak-anak kita.
Kalau anaknya lebih dari satu, harus bikin kurikulum lebih dari satu?
Ya iya lah, masak ya iya dong. Masak kurikulum anak SD disamakan dengan usia PAUD, apalagi bayik?
Tenang, gak usah panik atau merasa ketertinggalan karena anak sudah terlanjur besar. Saya juga sama. 🙈
Minimal pastikan kita punya habit per pekan diskusi dengan pasangan, "mau diapain" anak kita berdasarkan cita-cita besar keluarga kita. Rencanakan, eksekusi, dan evaluasi.
Insyaa Allah itu sudah lebih dari cukup untuk memulai perjalanan perbaikan keluarga kita kedepan..Bismillaah..
PRINSIP 4 : BERDOA AGAR ISTIQOMAH
Di poin terakhir penjelasan ini, ustadzah Wiwi tidak banyak menyampaikan. Air mata beliau pun tak tertahan lagi.
Beliau merasa keistiqomahan beliau mendidik 11 putra putrinya menjadi seperti sekarang adalah hadiah dari Allah, taufik dari Allah..ðŸ˜
Selalu muncul perasaan takut, takut kalau beliau sudah dipanggil, namun anak-anaknya belum bisa baca Qur'an, belum bisa menjalani masa baligh-nya dengan yang seharusnya..Masyaa Allah..
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS An Nisa:9)
Rasa takut akan masa depan anak2 kita adalah bekal terpenting orangtua untuk mampu menjadikan anak-anaknya menjadi anak2 yg shalih dan shalihah.
Karena dari rasa takut inilah, lahir jiwa yang tulus dan istiqomah untuk mendidik anak-anak kita. Sebandel apapun mereka, selelah apapun kondisi kita, sesedikit apapun ilmu yang kita miliki..pasti kita akan tetap mendidiknya dengan sepenuh hati, karena mereka adalah amanah yang Allah titipkan pada kita.
---
Semoga Allah mudahkan kita menjadi orangtua yg mampu mempertanggungjawabkan amanah anak-anak kita hari ini, di hadapan Allah kelak..
Allahumma hasibni hisaaban yasiiro..
Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah..termasuk dalam hisab (perhitungan) kami dalam mendidik anak-anak kami di dunia. ðŸ˜
#NoteToMySelf
Tak bisa tertahan lagi air mata di sudut mata ini, membaca status ustadz kami. Tentang wafatnya ayahanda beliau, ustadz kami, Ustadz Mutammimul Ula.
Beliau telah menuntaskan tugasnya untuk untuk mengepalai salah satu keluarga Qur'an, keluarga dakwah, terbaik yg pernah saya temui.
"Sayangi beliau yaa Rabb..
Berikanlah tempat tertinggi untuk beliau di sisi-Mu.."
Saya jadi ingat video istri beliau Ustadzah Wirianingsih disini
https://youtu.be/qbNBQNpRar4 , yg menceritakan apa-apa saja prinsip dasar keluarga dahsyat tersebut dapat dibangun, antara lain:
Menyandarkan Diri kepada Allah
Kerjasama dgn Pasangan
Buat Peta Kurikulum dan Target Pendidikan Anak, lalu Evaluasi
Berdoa agar Istiqomah
Izin saya tuliskan disini dgn beberapa elaborasi yg saya maknai dari penjelasan beliau.
Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi tambahan amal jariyah bagi almarhum Ustadz Tammim dan keluarga.
---
PRINSIP 1 : MENYANDARKAN DIRI KEPADA ALLAH
Kenapa diawali dengan berserah diri kepada Allah? Sederhana, karena anak ini cuma titipan. Yang "suka-suka" Allah nitipin yang seperti apa (ada yg sehat ada yg kurang, ada yang cerdas ada yg kurang, ada yg normal ada yg ABK), nitipinnya kapan (ada yg langsung dapet, ada butuh tiga, lima, sepuluh tahun, ada juga yg masih menunggu), pokoknya semua terserah Allah.
Kalau hari ini kita sulit mendidik anak-anak kita, tidak sabar dengan tingkah mereka, gak tau lagi cara melepas gadget dari tangannya, maka kembalilah kepada Yang Menitipkan mereka.
Ada sebuah pelajaran mahal dari seorang ustadzah di dekat rumah kami, yang dititipkan Allah anak berkebutuhan khusus. Butuh waktu bagi beliau sampai anaknya berumur sekian tahun, baru beliau bisa menerima fakta bahwa anak yang dititipkan seorang ABK, dan akhirnya berserah diri pada Allah..
Kalimatnya indah sekali, beliau menyampaikan,
*"Yaa Allah..kami terima anak kami ini yaa Rabb. *
Yaa Allah yaa Rahman, Engkaulah yang telah menitipkannya pada kami..
*Bimbing kami yaa Rabb, apa yg harus kami lakukan. *
*Ajarkan kami bagaimana kami mendidiknya. *
*Mampukan kami untuk bisa menjaga titipan-Mu ini yaa Allah.." *
Masyaa Allah..serahkan kepada Allah.
Mintalah petunjuk agar dijadikan orangtua yang shalih bagi mereka.
PRINSIP 2 : KERJASAMA DENGAN PASANGAN
Prinsip yang klise, sering kita dengar, namun pada praktiknya (termasuk saya) belum menerapkan ini dengan baik. Kemarin saya dapat info bahwa ternyata banyak keluarga-keluarga muda diluar sana di masa-masa WFH ini, "menyerahkan" sebagian besar waktu anaknya pada Youtube, di tengah ayah dan ibunya bekerja dari rumah. Selepas kerja? Anaknya lanjut dengan gadget-nya, sedang ayah ibunya refreshing, ayahnya main game, ibunya nonton drakor. Subhanallah..
Ini pembahasan yang tidak sederhana, tidak bisa dituliskan dalam sebuah status pendek ini.
Namun, pastikan ada pembagian peran. Pastikan selalu ada diskusi rutin, yang hidup, antara suami dan istri. Tentang apa? Tentang poin ketiga.
PRINSIP 3 : BUAT PETA KURIKULUM DAN TARGET PENDIDIKAN ANAK, LALU EVALUASI
Perusahaan-perusahaan besar seperti Google, Facebook, tidak mungkin bisa sukses dengan sendirinya, tanpa target-target bisnis yg dibuat.
Pasti ada target, pasti ada evaluasi berkala atas target-target itu. Begitu juga dengan pendidikan anak.
Buatlah target. Jangan semata-mata mengikuti target sekolah, karena yang diminta pertanggungjawabannya oleh Allah adalah kita orang tuanya, bukan sekolahnya.
Targetkan misalnya umur 6 tahun sudah bisa baca Qur'an. Kapan kita kenalkan ilmu-ilmu agama, kapan kita kenalkan ilmu dunia.
Breakdown tahapannya per usia anak. Breakdown lagi capaian per kuartal, per bulan, sampai kita punya rundown perhari pendidikan anak-anak kita.
Kalau anaknya lebih dari satu, harus bikin kurikulum lebih dari satu?
Ya iya lah, masak ya iya dong. Masak kurikulum anak SD disamakan dengan usia PAUD, apalagi bayik?
Tenang, gak usah panik atau merasa ketertinggalan karena anak sudah terlanjur besar. Saya juga sama. 🙈
Minimal pastikan kita punya habit per pekan diskusi dengan pasangan, "mau diapain" anak kita berdasarkan cita-cita besar keluarga kita. Rencanakan, eksekusi, dan evaluasi.
Insyaa Allah itu sudah lebih dari cukup untuk memulai perjalanan perbaikan keluarga kita kedepan..Bismillaah..
PRINSIP 4 : BERDOA AGAR ISTIQOMAH
Di poin terakhir penjelasan ini, ustadzah Wiwi tidak banyak menyampaikan. Air mata beliau pun tak tertahan lagi.
Beliau merasa keistiqomahan beliau mendidik 11 putra putrinya menjadi seperti sekarang adalah hadiah dari Allah, taufik dari Allah..ðŸ˜
Selalu muncul perasaan takut, takut kalau beliau sudah dipanggil, namun anak-anaknya belum bisa baca Qur'an, belum bisa menjalani masa baligh-nya dengan yang seharusnya..Masyaa Allah..
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (QS An Nisa:9)
Rasa takut akan masa depan anak2 kita adalah bekal terpenting orangtua untuk mampu menjadikan anak-anaknya menjadi anak2 yg shalih dan shalihah.
Karena dari rasa takut inilah, lahir jiwa yang tulus dan istiqomah untuk mendidik anak-anak kita. Sebandel apapun mereka, selelah apapun kondisi kita, sesedikit apapun ilmu yang kita miliki..pasti kita akan tetap mendidiknya dengan sepenuh hati, karena mereka adalah amanah yang Allah titipkan pada kita.
---
Semoga Allah mudahkan kita menjadi orangtua yg mampu mempertanggungjawabkan amanah anak-anak kita hari ini, di hadapan Allah kelak..
Allahumma hasibni hisaaban yasiiro..
Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah..termasuk dalam hisab (perhitungan) kami dalam mendidik anak-anak kami di dunia. ðŸ˜
#NoteToMySelf
*https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10217367553322758&id=1291593034
Komentar
Posting Komentar