Hari ini
saya tdk mengajar, tetapi ada tugas lain untuk saya hari ini yaitu sebagai guru
piket
saya memilih
untuk duduk santai di depan kantor sambil mendengar mp3 kajian ustad
syatori dengan judul "hati yang selalu terjaga kesuciannya" di lepi
tiba tiba 2
orang bapak datang, salah seorang dari mereka menanyakan apakah anaknya yang
bernama shofi'in masuk sekolah atau tidak
agak aneh
memang pertanyaannya, kenapa hal itu ditanyakan. Apakah sang bapak tdk percaya
kalau tadi ketika sang anak berpamitan berangkat, berangkatnya sang anak memang
menuju ke sekolahnya
ternyata
bukan itu masalahnya
sang anak,
kemarin tg 15 November, bertepatan dg tahun baaru hijriah (1 Muharram 1434 H)
dimana memang hari libur nasional, shofi'in ini jam 1 berpamitan dengan bapak
mau main bola di sekolah. Bapaknya sudah agak keberatan, tetapi shofi'in
meyakinkan bapaknya bahwa nanti jam 4 ia akan sudah sampai di rumah
ditunggu
oleh bapak, jam 4 belum pulang, menjelang malam belum pulang, sampai malam
tidak juga sampai di rumah, dan ternyata hingga pagi harinya
ketika
menceritakan ini sang bapak sudah mulai dengan suara yang berat, tanda
kesedihannya
iapun tidak
tahan untuk menangis, Ya Allah, anak lanangku. dimana.....
begitu
katanya sambil menangis
saya yang di
depannya juga tidak bisa ikut menahan perasaan, tapi hanya bisa ikut terharu
dan berusaha menenangkan
sabar pak,
insya Allah putrane baik-baik saja, itu kata saya pada sang bapak
syukurlah
ada pak waka, dan pak kepala segera menghampiri dan menanyakan persoalan yang
ada
dan bapak
itupun dipersilahkan untuk menuju ruang BK bersama beliau bapak waka dan pak
kepala
begitulah
cinta orang tua
anak, adalah
belahan jiwa untuk mereka
lalu
bagaimanakah kita sudah menempatkan bapak-ibu kita, apakah juga menjadi belahan
jiwa kita
ketika
berdoa, apakah sudah menjadi prioritas utama kita menyebut nama mereka dalam
doa
ketika
beramal, apakah sudah mejadi mind-set kita untuk beramal sebaik-baiknya, karena
itu juga menjadi tabungan akhirat mereka berdua ayah dan ibu dengan kita
menjadi "sholeh/sholehah"
mungkin
memang ada benarnya pepatah yang mengatakan kasih ibu sepanjang jalan,
kasih anak sepanjang galah. Begitu bunyi ungkapan yang menggambarkan betapa
besar kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Demikianlah realitanya.
Betapapun besarnya balas budi seorang anak, ia tidak akan mampu menyamai apa
yang telah diberikan orang tua kepadanya. Sudah sepantasnya seorang anak
berbuat baik dan menaati perintah orang tua, selama mereka tidak
memerintahkan kepada kemaksiatan terhadap Allah SWT
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al
Isro’: 23)
sayapun teringat sebuah hadist, yang
menyebutkan tingginya nilai berbakti kepada orang tua lebih tinggi dari nilai
jihad kita di jalan Allah
dari Abu
Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud z, ia berkata: “Aku bertanya kepada
Rasulullah SAW: ‘Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?’ Beliau berkata:
‘Shalat pada waktunya.’ Aku berkata: ‘Kemudian apa?’ Beliau berkata: ‘Berbuat
baik kepada kedua orang tua.’ Aku berkata: ‘Kemudian apa?’ Beliau berkata: ‘Jihad
di jalan Allah’.” (HR. Al-Bukhari, 10/336 dan Muslim no. 85)
sayapun
menjadi refleksi diri, masih terlalu jauh, masih sangat kecil nilainya akhlak
saya terhadap orang tua
padahal kasih mereka pada saya bersaing
dengan luasnya jagad raya,
berapa kali saya mengucapkan ah/uh ketika
beliau memiinta tolong untuk sesuatu -____-
apalagi, sewaktu kecil saya termausk anak
yang bandel sekali
Rabbi, ampuni kami
doa kami untuk mereka, ayah dan ibu
kami agar bahagia di dunia dan akhirat kelak
jadikan kami anak yang sholeh/ah sehingga
dapat menjadi tabungan akhirat bagi mereka nantinya
Ya Allah , ya Maliik
kabulkanlah, mereka sangat berarti untuk kami
Ya Allah , ya Maliik
kabulkanlah, mereka sangat berarti untuk kami
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
Artinya :
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”
aamiin
Komentar
Posting Komentar